Dalam rangka menjaga stabilitas politik dan
keamanan regional ASEAN, meningkatkan daya saing kawasan secara keseluruhan di
pasar dunia, dan mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan serta
meningkatkan standar hidup penduduk negara anggota ASEAN, seluruh negara anggota
ASEAN sepakat untuk mewujudkan integrasi ekonomi yang lebih nyata dan
meaningful yaitu ASEAN Economy Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA). Keterlibatan masing-masing negara dalam kerjasama, baik multilateral
maupun regional, memiliki kepentingan sendiri-sendiri, begitu pula Indonesia
memiliki kepentingan sendiri dengan kerjasama ASEAN. Kesediaan Indonesia
bersama-sama dengan sembilan Negara ASEAN lainnya membentuk ASEAN Economic
Community (AEC) pada tahun 2015 didasarkan pada keyakinan atas manfaatnya yang
secara konseptual akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kawasan
ASEAN.
“Dengan
adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) masyarakat Indonesia akan mengetahui produk-produk
yang dihasilkan oleh masyarakat ASEAN dan tekhnologi akan semakin berkembang
sehingga akan mendorong Indonesia menjadi negara yang lebih maju” ujar Imamah, salah satu mahasiswa Jurusan Syariah
STAIN Kediri.
Kerjasama bidang perekonomian ini akan
diberlakukan mulai 31 Desember 2015 mendatang yang mengkhawatirkan adalah
bangsa Indonesia akan menjadi penonton saja dalam program MEA 2015. Pertumbuhan
Indonesia yang semakin meningkat didominasi oleh bangsa asing, sedangkan
masyarakat kecil hanya sebagai konsumen saja.
Kekuatan dan kesempatan Indonesia untuk menjadi pemenang dalam
persaingan yang akan diberlakukan di akhir tahun ini sangat tinggi, tetapi
dibalik kekuatan yang dimiliki Indonesia masih mempunyai banyak kelemahan.
Kelemahan utama Indonesia terletak pada sinkronisasi program dan kebijakan
antar pemerintah daerah dan pusat serta mind-set masyarakat khususnya para pelaku usaha
yang belum seluruhnya melihat peluang pengembangan perekonomian di MEA 2015
mendatang.
“Ada dua kemungkinan yang akan terjadi jika
MEA berlangsung di Indonesia, kemungkinan yang pertama produk-produk Indonesia
akan di kenal oleh masyarakat ASEAN dan lapangan pekerjaan untuk masyarakat
Indonesia akan terbuka luas. Dan kemungkinan yang kedua yaitu produk-produk
Indonesia akan kalah bersaing dengan produk luar negeri karena SDM dan
peralatan yang lebih canggih dari luar negeri. Jadi kemungkinannya masih
fifty-fifty, seperti yang kita ketahui kita baru bisa beropini karena fakta
yang akan terjadi belum tentu sama dengan apa yang kita prediksi ” tutur Zaina, mahasiswa program study Tadris Bahasa Inggris STAIN
Kediri.
Melihat keadaan yang terjadi sekarang ini Indonesia sebenarnya
belum siap menghadapi MEA 2015 walaupun mempunyai peluang dan kekuatan tinggi.
Laporan Kementerian Koordinator Perekonomian mengungkapkan bahwa Neraca
Perdagangan Indonesia sejak tahun 2005 setiap tahunnya mengalami defisit yang
meningkat di negara-negara ASEAN.
Dengan adanya MEA masyarakat Indonesia harus
lebih menguasai bahasa dunia untuk menunjang komunikasi antar negara ASEAN.
Sehingga masyarakat Indonesia akan terdorong untuk belajar bahasa asing demi
kelancaran komunikasi dalam kerjasama untuk menghindari ketertinggalan dengan
bangsa lain.
Program MEA sendiri akan mengantarkan rakyat
Indonesia untuk meningkatkan kinerja ekonomi dan memberikan kesempatan untuk
mengekspor barang-barang produk buatan dalam negri. Namun akan terjadi masalah
selanjutnya pada bidang Sumber Daya Manusia (SDM), Daya saing antar manusia
dalam memperoleh pekerjaan lebih ketat karena bersaing dengan SDM yang berasal
dari negara sesama ASEAN. Oleh karena itu, rakyat Indonesia harus mampu
menyeimbangkan SDM yang ada untuk mengejar ketertinggalannya dan meraih
kegemilangan dengan suksesnya persaingan tersebut. Suksesnya rakyat Indonesia
di program MEA ini akan berdampak di segala aspek yang mengantarkan pada
kemajuan bangsa Indonesia, tidak hanya di satu bidang perekonomian saja, namun
bidang pendidikan akan menjadi acuannya. Sehingga SDMnya akan semakin
meningkat.
Sebagai generasi muda
harus mempersiapkan dirinya ketika pasar bebas ASEAN sudah diberlakukan.
Keberlanjutan negara ini ada di tangan kaum muda-mudi, ketika kesadaran akan
pentingnya membenahi diri untuk menghadapi MEA bagi para generasi muda tidak
ada, Indonesia nantinya akan terjual ke negara lain dan negara Indonesai akan
dikuasai oleh negara lain.
Dukungan dari generasi
muda untuk menghadapi MEA merupakan salah satu kekuatan Indonesia untuk dapat
bertahan dalam persaingan pasar bebas. Generasi muda perlu membuat berbagai
kegiatan diantaranya yaitu menciptakan usaha sendiri selagi mahasiswa, mensosialisasikan
MEA dan mengajak kaum muda lain untuk meningkatkan daya wirausaha sehingga
usaha-usaha baru akan muncul dan bisa mempertahankan perekonomian negara.
Generasi muda merupakan salah satu tonggak keberhasilan tujuan negara, karena
kaum mudalah pemegang keberlanjutan negara. /Nana/
0 komentar:
Posting Komentar